Cerpen 2018 - Generasi Penerang dalam Kenestapaan

Haiii everyone!!!

Kenalin aku April, salah seorang remaja kampung yang lahir di sebuah dusun bernama Ga'dea, desa Tarowang. Daerahku tercinta, daerah yang kaya akan kasih sayang kemanusiaan. Daerah yang warganya tak banyak hidup berkecukupan.

Dusunku, sebuah silau cerita. Dusunku ini sebagian besar warganya ketergantungan hidup dengan hasil tangkapan ikan di laut. Yahhh betul sekali, daerah kami adalah daerah nelayan. Tempat orang-orang berduit membeli ikan untuk menikmati ikan yang asli segar.

Hummm, anyway aku sebenarnya bukanlah anak seorang nelayan, tapi hampir semua kawan-kawanku lahir sebagai anak nelayan. Meski begitu, terlahir sebagai anak nelayan bukanlah sebuah penyeselan untuk mereka. Aku melihat kasih sayang yang tulus dari setiap keluarga-keluarga mereka, yang menumbuhkan kebahagiaan hebat.

Namun...
Ada satu hal yang cukup mencekik hati dan perasaan seorang remaja yang berkawan dengan anak nelayan. 
Apa ituuu?
-> Terhentinya pendidikan kawanku di bangku sekolah.

Pilu, sungguh pilu.
Anak yang masih senang-senangnya menikmati pertemanan dan mengenyam pendidikan di sebuah gedung sekolah. Kini harus putus sekolah, menikmati perjuangan subuh di laut. Yah, tujuannya mulia--- karena ingin membantu orangtua mencari nafkah. 

Mari bayangkan!
Anak yang harusnya masih bermain, masih belajar, dan usianya pun belum baligh. Tapi, harus turut serta membantu orangtua mencari nafkah. Apakah ini wajar???

Dari lubuk hati yang terdalam dan dari segi kewarasan logika, tentulah kita akan berujar itu bukanlah hal yang pantas dilakukan orangtua, bukan kewajaran. Namun, apalah daya orangtua yang tercekik oleh ekonomi kerasnya kehidupan. Serta apalah daya seorang anak, jika yang meminta adalah orangtua. Jika yang dipertaruhkan adalah keberlangsungan hidup orang tercinta.

Beberapa kawanku yang semestinya beriringan bersekolah bersama denganku, kini harus terputus sekolah untuk menemani ayahnya menangkap ikan dilaut. Terutama anak laki-laki, mereka banyak yang terputus sekolahnya. Aku sangat menyayangkan hal tersebut, sebab sosok yang semestinya sedang riang menimba ilmu dalam kehausan. Kini harus turut menjadi punggung penopang kehidupan keluarganya.

Beranjak dari keresahan tersebut, maka aku dan kawan-kawanku mencoba untuk membuat sebuah forum diskusi kemajuan yang selanjutnya dilantik dengan nama Remaja Masjid Nurul Muttaqin Ga'dea Tarowang, yang tujuan utamanya adalah mencerdaskan daerah kami dari pikiran tertinggal dengan landasan agama dan pentingnya pendidikan.

Next kisah lebih detail terkait remaja masjid kami, aku tuliskan nanti yapp!
   

Komentar

Postingan Populer