Riuhnya Pikiran Memikirkan Prioritas

Rasanya banyak di antara kita, yang masih sering ribut dengan pikirannya sendiri. Ketika hati menginginkan takwa, tapi pikiran masih tertuju kepada segala ambisi dunia. 

Lalu syukurnya, tak lama setelah itu, kita pun tersadarkan kembali. Hingga bentrok pikiran pun kembali terjadi. 

Ya, berada di posisi seperti itu kita akan merenung. Mencoba untuk mencari sela kebisingan untuk diam sejenak dalam kasat mata. Pikiran mulai bercengkrama dengan hati, lalu menanyakan kenapa oh mengapa.(?)

🧠Hei dunia, kamu cuman sementara. Sadar ya, kamu persinggahan, kenapa banyak banget rintangannya (?), kenapa gak habis-habis ujiannya (?). Kenapa begini? Kenapa begitu?

Kelar tantangan satu, ada lagi tantangan lain. Setelah keinginan satu terwujud, timbul keinginan lainnya lagi. Hummm manusia memang aneh, tidak ada waktu yang mendeteksi kepuasannya dapat tercukupkan. Terlebih tentang hal duniawi, but hakikatnya memang seperti itu. "Dunia selalu terlihat menarik sebelum dimiliki, dan biasa saja setelah dimiliki".

Lalu, apa yang harus kita lakukan? Mati-matian dengan dunia, sampai luput bekal akhirat. Apa itu masih pantas menjadi acuan kita?

Come on, get up!

Tidak menjadikan dunia sebagai acuan, bukan berarti melalaikannya. Tapi, mulailah memacu diri untuk lebih mementingkan yang lebih pantas diperjuangkan.

Apa kita akan lebih memilih menjaga anak tetangga, dibanding anak kita? Ibaratnya anak tetangga adalah dunia yang akan segera diambil kembali oleh Ibunya. Beda halnya, dengan anak kita yang akan abadi berstatus keluarga dengan kita.Tentu statusnya berbeda dan kita tentunya tau mana yang harus kita prioritaskan demi kebahagiaan yang abadi.🤍

Komentar

Postingan Populer