IKRARTA Generasi Penerang Nestapa

Hari demi hari berlalu hingga di akhir tahun 2017 tibalah saatnya anak-anak sekolah libur. “Horee, aku akhirnya libur sekolah. “ ucapku dengan bahagia. Betapa senangnya diri ini, namun langsung saja tersingkap dari pikiranku apakah jika aku berlibur aku bisa berkumpul dengan teman-teman di kampungku?. Iseng saja, akupun menelpon salah satu temanku. Aku menanyakan kabarnya.
“ Assalamualaikum Dayn Apa kabar? “ Ucapku lewat telepon.
“ Waalaikumussalam, alhamdulillah baik. Dan kamu apa kabar? Aku sudah tidak pernah melihat kamu sejak kita tamat SMP. Apa kamu tinggal asrama?” Ucap Dayn.
“ Alhamdulillah, kabarku juga baik. Aku nggak tinggal asrama kok, hanya saja aku adalah pejuang subuh dan penanti senja. Berangkat sunrise, pulang sunset. My school my adventure my sleep tak terature. Heheee ” Ucapku.
“ Oh gitu, pantesan kita ndak pernah ketemu.” Ucap Dayn
“Iya Dayn, ngomong-ngomong bagaimana kalau kita ngumpul sore ini dengan teman-teman seusia kita dikampung ini.?” ujarku mengajak.
"Boleh banget aku setuju, nanti aku yang infoin teman-teman yang lain.”
    
Waktu terus berputar, hingga tibalah waktu sore. Dengan semangat aku menuju sebuah gazebo dekat Posyandu di kampungku. Ternyata aku adalah orang yang pertama datang. Akupun menunggu dengan debaran jantung tak karuan, tak sabar aku bertemu dengan teman sekampungku. Ditemani langit, angin, awan, dan suara burung-burung berkicau membuatku semakin tak sabar bertemu teman-temanku. Hingga akhirnya terdengar suara langkah kaki serentak, yang diiringi gesekan sendal. Yaa akhirnya mereka datang, dengan begitu kompak tersenyum bahagia.

"Heiii April, assalamu'alaikum." Ujar salah satu dari mereka, menyapa. "Wa'alaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh guys, wih duduk guys." Kami pun berkumpul di gazebo yang telah lama tak kami singgahi. Di sini kami mengenang kisah kami bermain, makan, belajar, dan saling berbagi cerita. Tak lama kami bercerita, tiba-tiba Ibu salah seorang teman kami datang membawa sekantong buah mangga disertai pisau dan piringnya. Dan kamipun kompak berucap “ terima kasih” kepada Ibu Bahria yang kebetulan guru SD kami dulu. Sambil mengupas dan memakan buah mangga tersebut kami terus berbagi cerita. Tertawa, larut sedih dan lainnya, silih berganti kami bercerita.

Tak terasa adzan maghribpun berkumandang, dan kamipun pulang kerumah masing-masing. Sepulang dari sana aku beriinisiatif untuk membut grup chating media sosial di Facebook. Nama grup kami adalah “Remaja Gaddea Tarowang”. Tak kusangka antusias dan respon teman-temanku sangat luar biasa. Aku sangat bersyukur dengan adanya grup ini.

Hari demi hari berlalu aku dan remaja Gaddea lainnya beraktivitas bersama. Salat berjamaah di masjid bareng, tadarusan bareng, dan membersihkan area masjid pun bersama-sama. Banyak penduduk di kampung kami yang mendukung aktivitas-aktivitas yang kami lakukan. Hingga akhirnya salah seorang tokoh masyarakat dikampung kami mengusulkan kepada kami untuk membentuk remaja masjid. 

Setelah beberapa hari memikirkan dan mempertimbangkan saran yang diberikan tokoh masyarakat tersebut kepada kami. Kami pun berunding dan sepakat membentuk remaja masjid di dusun kami, Gaddea desa Tarowang yang merupakan kampung kami tercinta. Lalu kami datang kerumah tokoh masyarakat tersebut untuk menyampaikan bahwa kami siap menjadi remaja masjid. Mendengar pernyataan kami, beliau sangat senang dan sangat antusias membantu kami untuk pembentukan remaja masjid.

Dalam pembentukan remaja masjid ini, kami tak serta merta lupa untuk mengajak semua remaja yang ada di dusun kami. Baik yang bersekolah maupun yang sudah putus sekolah. Ternyata banyak yang berminat untuk menjadi bagian remaja masjid di kampung kami. Hingga kamipun menentukan waktu, untuk membicarakan pembentukan pengurus inti remaja masjid sebelum kami dilantik. Dan kamipun sepakat memilih waktu setelah salat Isya untuk membahas hal tersebut. Selepas itu kami pulang ke rumah masing-masing.

Tak terasa waktu salat Isya telah berlalu, kamipun duduk berbentuk lingkaran untuk membahas pembentukan remaja masjid ini. Kami telah sepakat memilih salah seorang tokoh masyarakat untuk menjadi pembina sekaligus penasihat kami, sebab beliau adalah alumni remaja masjid Gaddea di beberapa tahun silam. Ia juga merupakan ketua di masanya, jadi tak salah bagi kami memilih beliau. Selanjutnya kami mengadakan acara demokrasi pemilihan pengurus inti remaja masjid. Saat itu aku tak berminat menjadi ketua, sebab aku merasa pemimpin yang tebaik adalah laki-laki. Musyawarah pun telah terlaksana.

Hari demi hari berlalu, tibalah waktunya mempersiapkan hari pelantikan kami. Ketika mempersiapkan hari pelantikan, kami sangat begitu kompak dan berantusias mengedarkan undangan, mempersiapkan dekorasi, dan mempersiapkan komsumsi. Kami tak mengenal kelelahan diwaktu itu sebab yang difikiran kami hanyalah menjadi remaja masjid yang senantiasa bersatu. Tak terasa sudah larut malam kami mempersiapkan segala keperluan pelantikan remaja masjid. Hingga ketua remaja masjid kami mengatakan 

“Teman-teman sampai di sini saja pertemuan kita untuk hari ini, persiapkan diri kita semua untuk hari pelantikan besok."Ujar ketua remaja masjid yang belum dilantik kala itu. Mendengar ucapannya, kamipun pulang untuk beristirahat.

Mentari pagi mulai terbit, kami semua kembali beraktivitas, kami datang salat subuh ke masjid dan tinggal hingga terbit matahari untuk membersihkan masjid kami. Rupanya kami akan dilantik pada jam 13.00 WITA. Setelah membersihkan kami pulang ke rumah masing-masing untuk bersiap-siap berkumpul di waktu Zuhur . 
    
Waktu terus berputar hingga telah menunjukkan pukul 13:00 WITA, semua tamu undangan telah datang dan tibalah saatnya yang kami tunggu-tunggu. Kami dilantik oleh bapak ketua BKPRMI kecamatan Tarowang. Ketika kami dilantik bapak ketua BKPRMI membacakan janji remaja masjid dan kamipun mengulangi apa yang diucapkannya. Saat pengikraran tersebut, hampir semua orang yang berada di dalam masjid merinding, dengan suasana begitu hening.

Tepatnya ditanggal 21 Januari 2018 resmilah kami menjadi Remaja Masjid Nurul Muttaqin Gaddea Tarowang. Setelah resmi menjadi remaja masjid kami membuat sebuah nama singkatan untuk remaja masjid kami yaitu IKRARTA. 

Ketika kami menjadi remaja masjid aktivitas-aktivitas kami menjadi lebih terarah, mulai dari membersihkan masjid, salat berjamaah, belajar tajwid, kajian untuk wanita, dan kajian umum di malam hari. Betapa padatnya jadwal ini, tapi ini tidak mengganggu aktivitas sekolah kami. Semuanya adalah hal yang produktif.

Tak lama setelah terbentuknya IKRARTA kampung kami terkena musibah, si jago merah mengamuk dan menghanguskan 4 rumah. Si jago merah mengamuk diwaktu subuh, sehingga para warga bangun dengan panik. Aku dan keluargaku pun panik, hingga ayahku mengambil berkas-berkas penting didalam rumah. Kemudian kami langsung meluncur kerumah saudara ayahku, yang kebetulan tak begitu jauh hanya berbeda dusun. 

Sebab kejadian ini , aku dan teman-teman remaja masjid lainnya untuk melakukan bakti sosial dengan cara meminta bantuan atau sedekah seikhlasnya untuk korban kebakaran. Penggalangan dana ini kami lakukan di pinggir jalan, dan dari rumah ke rumah warga. Tak disangka 3 hari kami melakukan hal ini, kami berhasil mengumpulkan uang sebesar Rp. 8.000.000,00. Kami pun langsung ketoko untuk membeli kompor gas untuk para korban kebakaran. Sebab kami fikir, mereka sangat mebutuhkan kompor ini untuk masak.

Kamipun datang ketempat pengungsian para korban kebakaran dengan membawa kompor gas beserta regulatornya dan amplop berisi uang senilai Rp.1.500.000,00. Tak kusangka betapa bersyukurnya mereka, kami para remaja masjid nurul muttaqin Gaddea Tarowang ikut terharu dengan senyuman dan rasa syukur mereka.

Tak ada rasa lelah yang kami rasakan sebab kami selalu mensyukuri nikmat Allah shubahanahu wata’ala. Kami selalu berusaha untuk mengambil hikmah dari setiap kejadian. Dan kami akan selalu berusaha untuk bersatu dan saling mengingatkan satu sama lain, juga akan selalu berusaha saling menolong satu sama lain. Jangan pernah merasa kecewa dengan ketetapan yang telah Allah berikan untuk kita karena jika kamu mampu mengendalikannya dengan sebaik mungkin, hikmah dibalik ketetapan itu akan kamu nikmati.
 
“Bila pelita padam, izinkan kami menjadi penerang yang akan selalu mampu menampakkan pucuk cahaya. Agar tiada generasi muda yang tersesat dalam kesendirian.” Salam persatuan IKRARTA.
  
   

Komentar

Postingan Populer