Bercerita dengan Langit

Sangat nyata, menyendiri di taman menikmati sejuknya tanaman-tanaman milik Ibu. Aku mencoba menanggalkan gawai yang penuh rasa candu. Kubawa satu buku kecil puja puji untuk Tuhanku. Kubaca dan kuselesaikan. Lalu usai itu, aku mencoba menikmati ketenangan dan teduhnya langit.
Lama rasanya aku tak bercakap dengan alam bebas. Rasa nyamanku dengan kamarku membuatku sering enggan untuk keluar. Kali ini rasanya berbeda. Banyak hal yang telah kulalui, banyak orang yang telah kutemui. Tapi, kenapa kali ini terngiang segala momen yang telah terlewat itu?

Lalu, kucoba merenung.
Aku nampaknya agak berubah. Aku bukanlah aku. Aku yang fast respon, akhir-akhir ini nampaknya seringkali tak merespon pesan dan panggilan orang lain. Bagiku saat ini komunikasi dilakukan dengan to the point saja. Jangan terlalu banyak basa-basi. Apalagi di media sosial.

Namun, aku tersadar. Berucap istighfar.
"Astaghfirullah", nampaknya aku sendiri risih dengan sikapku yang dingin. Bagaimana dengan orang lain? Lalu kucoba menceritakan pada langit seolah curhat dengan Tuhanku. Apa yang sebenarnya ada di dalam pikiran dan hatiku? Kenapa sesuatu terasa berbeda?

Berceritalah aku di bawah teduhnya pohon, di samping mawar merah dan diiringi semerbak wanginya bunga melati. Langitpun sangat mendukung ceritaku, ia yang biru kelabu begitu senyap menyimak pintaku. Kusampaikan segala harapanku dan kupasrahkan kepada Tuhanku.

Aku mencoba menikmati rasa teduh, nyaman, dan rindu yang bergemuruh. Lalu melepaskan segala pikiran dan tersisa perasaan rida terhadap ketentuan Tuhanku.

Selang beberapa waktu yang tak lama, sesuatu yang kuharapkan dan kupinta kepada Tuhanku ternyata dengan sekejap mata bisa terkabulkan. Aku semakin sadar, permintaan tulus dan hati yang berserah justru akan membuahkan hasil yang tak berpasrah.

Alhamdulillah, terima kasih ya Allah.✨


Komentar

Postingan Populer