Penggugur Dosa

Ngilu, nyeri, nyesss.
Bulan mulia sudah mulai ingin meninggalkan kita. Perasaan sedih sudah sepantasnya bergemuruh di benak kita. Tapi, bagaimana jika gemuruh kesedihan itu menjadi-jadi karena dibaluri rasa sakit?

Aku dan Ayahku, anak dan ayah yang memiliki ikatan kuat. Aku dan Ayahku lahir di bulan dan tanggal yang sama tahun berbeda. Sedari lahir, Ibuku sudah melihat banyak kesamaan diriku dan Ayah. Ibuku sudah merasakan akan ada insting yang kuat antara aku dan Ayahku. Satu di antaranya terlihat oleh tanda lahir yang sama.

Bergulir waktu, tiba saat ini...
Hari raya segera tiba, sedang ramadan segera pergi. Namun, nyeri, ngilu, dan menggigil mengiringinya. Aku lebih dulu merasakannya, rupanya aku demam. Tak lama berselang waktu, Ayahku merasakan yang sama, beliau pun meriang dan demam.

Bak pinang dibelah dua, rasa sakitku sama dengan rasa sakit Ayahku. Ibu dan Adikku pun heran, menjelang hari raya kondisi rumah menjadi berbeda. Ayahku saat sakit tidak suka sendiri, selalu ingin didampingi. Aku yang juga sakit diminta Ibuku mendampingi Ayahku. Supaya Ibu bisa menjaga keduanya. Terima kasih Ibu, sweet sekali.🤍

Tak lama kemudian, ada suara langkah kaki dari lantai atas. Sambil menduga-duga, seketika terdengar suara manis kakakku. "Assalamu'alaikum. La ba'sa thohurun insyaallah, kenapa pada demam ini?" Tuturnya. 
Aku dan Ayahku hanya tersenyum menggigil, Ibuku membalas ucapan kakakku. "Ini kemarin sempat hujan deras ada atap yang bocor, adikmu dan Ayahmu yang membersihkan. Mungkin karena ini jadinya masuk angin. Aku pun turut menyahut "Ndapapa Bu, penggugur dosa insyaallah. Kan Yah? Sambil menenangkan Ayahku yang juga menggigil. Aku melanjutkan ceritaku, aku pernah baca salah satu hadis Rasulullah bahwasanya demam itu bisa mengunggugurkan dosa. Jadi, disyukuri saja. Insyaallah ada hikmahnya, mungkin Allah mau setelah Idulfitri kita benar-benar pulih dari dosa." Celotehku yang memanjang, hehe. Ayah, Ibu, dan kakakku membalas dengan senyuman.

Langit mulai gelap, azan Maghrib telah berkumandang, pertanda waktu berbuka puasa telah tiba. Tak seperti biasa semua masakan nikmat ala Ibuku, rasanya hambar tanpa rasa tanpa nikmat. Aku hanya sedikit sekali menyicipi, begitu juga Ayahku hanya menyicipi sedikit makanan favoritnya.

Salat Maghrib tetap terlaksana, tarawih terlaksana, lalu Ayah mengingatkan untuk tetap membaca Al-Qur'an untuk penenangan. Semua tetap nikmat dalam balutan agama.

Semoga semua yang sakit bisa segera pulih, dan semoga semua penyakit bisa jadi penggugur dosa. Yang sehat jangan pernah lalai dengan nikmat sehat ya. :)

Komentar

Postingan Populer