Apa itu Cobaan?

Hakikat sebuah cobaan,

وَبَلَوْنَٰهُم بِٱلْحَسَنَٰتِ وَٱلسَّيِّـَٔاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Dan Kami uji mereka dengan hal yang baik-baik dan hal yang buruk-buruk, agar mereka kembali [QS Al A’raf: 168]

Seburuk apapun keadaan yang kita jalani, tetap kita punya pilihan untuk menjalaninya sesuai syariat Allah, meyakini rahmat Allah itu luas, lagi tanpa batas. Namun, seringkali yang kita hadapi kita anggap sebagai keburukan karena tidak sesuai dengan angan-angan yang terlanjur kita bangun tinggi dalam benak kita sesuai keinginan kita, hingga menilai Allah tidak menyayangi hamba-Nya, Allah tidak adil. Terjerumus pada prasangka buruk kepada Allah, naudzubillah.

Keadaan sulit sejatinya adalah kesempatan dari Allah untuk kita menunjukkan kemampuan diri. Allah memberikan peluang kepada kita untuk meningkatkan kualitas diri secara sah dan meyakinkan, disertai bukti nyata bahwa kita telah teruji baik.

Jangan jadikan kesulitan mengerdilkan jiwa kita, menghambat kita. Sebaliknya, jadikanlah ini ajang memantaskan diri kita menjadi sebaik-baik hamba ketika menempuh jalan pulang.

Jangan pernah membandingkan jalan yang kita tempuh, ataupun ujian yang harus kita jalani, dengan apa yang ada pada orang lain. Karena ujian hakikatnya bukan pada berat atau ringannya problematika. Kita bisa menemukan mereka yang mampu mensyukuri nikmat dengan ujian berupa kelimpahan segala harta benda. Kita juga temui mereka yang berhasil bersabar dalam himpitan ujian kesempitan. Namun jangan lupa, bahwa ada mereka yang tak mampu bersyukur dalam kelapangan, pun mereka yang tak mampu bersabar diterpa kesempitan.

Barometer keberhasilan bukan pada berat ringannya ujian namun pada bagaimana kita menyikapi ujian demi ujian.

Sebagai peserta ujian tentu kita tidak mengetahui seperti apa ujian yang akan diberikan. Yang bisa kita lakukan adalah memenuhi ujian dengan jawaban sesuai keinginan pembuat soal, tentu sesuai buku panduan yang sudah diajarkan.

Ada orang-orang yang terlihat penuh kebahagiaan dari segala nikmat yang nampak melimpah, namun nyatanya dalam hatinya tidak merasakan kebahagiaan sama sekali, pun sebaliknya. Di luar semua itu, kita perlu fokus menjawab semua lembar soal yang diberikan Allah dalam ujian hidup kita.

Maka bagaimana kita mengetahui yang kita tempuh adalah kebenaran ialah dengan cara mengambil Al Quran dan As Sunnah menjadi panduan, kemudian kita istiqamah sampai akhir. Jangan menambah curam atau mendakiperjalanan hidup kita dengan mengambil side job atau sampingan dengan menilai kehidupan orang lain, menggunjingkannya, lalu membandingkannya. Lebih baik arahkan cermin kepada diri sendiri. Berani menghakimi kesalahan kita sendiri dan mengharuskan diri melakukan perbaikan agar kelak kita menawan di hadapan-Nya.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ نَسُوا اللّٰهَ فَاَنْسٰىهُمْ اَنْفُسَهُمْۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik [QS Al Hasyr: 18-19]

Tulisan ini ditujukan untuk memahami hakikat sebuah cobaan. Cobaan bukan sesuatu yang Allah jadikan untuk membuat kita terhina, justru untuk membuat kita makin bersinar. Seringkali ujian datang tiba-tiba dan di luar sangkaan. Ketika kita mampu menjalaninya sesuai syariat Allah, maka disanalah kita mendapatkan nilai plus, plus, plus di hadapan Allah.

Ibaratnya di sekolah, ketika kita mampu meraih nilai sempurna di tiap ujian maka ini sebuah keutamaan. Terlebih jika ujian-ujian itu adalah ujian dadakan, maka terlihatlah kualitas keilmuan seorang siswa. Demikian pula hakikat ujian atau cobaan di dunia. Saat kita istiqamah melaluinya dengan senantiasa mengharap ridha Allah saja, maka insyaallah kelak menjadi kebanggaan yang berlimpah ruah di hari perhitungan. Allah akan mambanggakan di hadapan seluruh manusia, dari nabi Adam hingga manusia terakhir.


Daftar Referensi

Andriani, Ummi Santy. 2023. Karena Hidup Begitu Berharga.


Komentar

Postingan Populer